SMA Islam Kepanjen ; SMA Plus bersertifikat ISO 9001:2008, Mengucapkan selamat kepada siswa kelas 12 (Bahasa,IPA dan IPS) yang dinyatakan LULUS, Jangan Kecewa Bagi Siswa Yang Tidak Lulus, Percayalah Jika Allah Berkehendak Lain

Konsep Sekolah Ramah versi Bhuton

Konsep sekolah ramah anak dengan 5 dimensi yang didasarkan pada konvensi hak anak telah diratifikasi Bhutan sebagai salah satu negara pelopor di dunia. Ini menciptakan antusiasme baru bagi perbaikan sistem pendidikan. Bhutan telah mengenal dan menangani gagasan-gagasan seperti sekolah peduli, pendidikan holistis, pendidikan bermanfaat, yang semuanya memasukkan aspek-aspek dari konsep sekolah ramah anak.
Memasukkan konsep sekolah ramah anak ke dalam pendidikan guru

Daripada mengenalkan SRA sebagai konsep baru, SRA diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan guru pra tugas di dua institut pendidikan nasional. Perangkat UNESCO tentang Lingkungan Inklusif Ramah terhadap Pembelajaran (LIRP) digunakan dalam pelatihan guru dan pengembangan lokakarya pendidikan guru dalam masa tugas serta dalam pengembangan modul tentang pendidikan inklusif/sekolah ramah anak bagi pendidikan jarak jauh.
Kurikulum pendidikan guru pra tugas yang ada saat ini sedang ditinjau ulang dan direvisi. Dapat dimengerti oleh semua yang terlibat bahwa memasukkan konsep SRA dan LIRP ke dalam kurikulum pelatihan guru akan membantu menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara teori dan praktek dalam modul yang beragam. Mengintegrasikan konsep SRA ke dalam pendidikan guru tidak hanya akan membuat guru menyadari konsep ini, tetapi juga akan mendukung filosofi pengembangan Kebahagiaan Bruto Nasional (Gross National Happiness) negara.
Bagaimana mengintegrasikan konsep SRA ke dalam kurikulum pendidikan guru yang sudah ada?
5 dimensi SRA dimasukkan ke dalam 5 modul yang ada:
Perkembangan Anak – Meskipun mahasiswa ilmu kependidikan dihadapkan pada aspek pertumbuhan dan perkembangan anak yang beragam, Konvensi Hak Anak (KHA) belum dibahas pada modul terdahulu. KHA akan menjadi salah satu topik dalam modul ini. Dengan demikian, di masa mendatang tujuan pembangunan SRA berbasis hak anak akan dibahas dalam pelajaran ini. Konsep pencarian secara proaktive semua anak tanpa memandang status, latar belakang dan kemampuan (dimensi 1 SRA) akan membantu semua mahasiswa ilmu kependidikan dan guru yang sudah bertugas untuk menyadari bahwa semua anak memiliki hak untuk pendidikan berkualitas. Isu mengenai kepekaan gender (dimensi 4 SRA) juga akan dibahas pada pelajaran ini dalam topik Perbedaan Individual, sebuah topik yang dibahas cukup panjang dalam modul ini.
Proses Belajar – Dalam modul ini, peran potensial yang dimainkan keluarga dan masyarakat dalam keseluruhan pembelajaran siswa akan lebih ditekankan (dimensi 5 SRA). Ini akan membantu mahasiswa ilmu kependidikan menjembatani pembelajaran sekolah dengan bentuk pembelajaran lain yang berlangsung di keluarga dan masyarakat. Ini juga akan mendorong guru untuk mengundang partisipasi masyarakat dalam kegiatan sekolah, yang akan membuat pendidikan anak menjadi lebih kontekstual dan relevan (dimensi 2 SRA). Pentingnya penyediaan lingkungan belajar yang sehat dan protektif di sekolah (dimensi 3 SRA) juga dibahas dalam modul ini. Modul ini juga akan mendaftar isu-isu penting seperti bagaimana membuat pembelajaran anak menjadi lebih partisipatif dan bersifat memberdayakan.
Pendidikan untuk Pengembangan dan Sistem Pendidikan Bhutan – Pelajaran ini mencakup pembahasan mengenai latar belakang umum organisasi sekolah. Pelibatan orangtua, keluarga dan masyarakat dalam pendidikan (dimensi 5 SRA) juga dicakup modul ini. Pada umumnya, pertemuan orangtua-guru jarang sekali dihadiri baik karena orangtua sibuk, atau karena orangtua sering merasa terintimidasi oleh sikap tak acuh pihak berwenang di sekolah dan karena sikap tidak ramah para guru. Membangun kerjasama dimana orangtua merasa diterima dan terlibat sebagai bagian komunitas sekolah – sekolah dapat mencari kemungkinan memperoleh sumberdaya masyarakat bukan hanya dalam hal uang atau semacamnya tapi lebih pada penggunaan pengetahuan dan keahlian masyarakat yang tersedia dalam membantu pembelajaran siswa di kelas.
Ketrampilan Mengajar I dan II serta Strategi Mengajar – Kedua modul ini menyediakan mahasiswa ilmu kependidikan pengetahuan dan merancang pelajaran. Kepekaan gender (dimensi 4 SRA) serta pengajaran berkualitas dan efektif (dimensi 2 SRA) akan diintegrasikan lebih baik dalam modul-modul ini. Sekolah yang sehat dan protektif (dimensi 3 SRA) secara tidak langsung mengajarkan pula mengenai keterampilan mengelola kelas yang efektif dan ketrampilan bertanya dimana guru diharapkan untuk dapat bertanya melalui cara yang tidak mengancam agar siswa merasa aman, secara tak langsung disinggung pula dalam modul
Pengantar Bimbingan Konseling Sekolah – ada dua modul pengantar mengenai bimbingan remaja dan konseling sekolah, yang menggabungkan proses dan kemampuan konseling dasar dengan teori-teori utama konseling. Menciptakan sekolah yang sehat dan protektif (dimensi 3 SRA) serta responsif pada gender dan keberagaman (dimensi 1 dan 4) telah diintegrasikan dalam modul ini tapi masih dapat diperbaiki lagi.
Melaksanakan Apa yang Kita Ajarkan
Institut-institut pendidikan guru di Bhutan memainkan peran penting dalam mempromosikan dan memperkuat konsep SRA berbasis konvensi hak-hak anak (KHA). Dua lembaga pelatihan guru yang ada di Bhutan dapat mencerminkan pada praktek-prakteknya dalam bidang-bidang berikut untuk melihat apakah institut tersebut ramah terhadap mahasiswa yang dilatih.
  • Bagaimana para peserta pelatihan berpartisipasi dalam pegembangan kurikulum pendidikan guru?
  • Bagaimana institut melibatkan peserta pelatihan dalam mengambil keputusan yang akan mempengaruhi hidup mereka di institut?
  • Seberapa sehat dan protektifkah lingkungan institut bagi para peserta?
  • Apakah ada kebijakan dan peraturan tertulis yang mendukung dan melindungi hak-hak, kebutuhan, dan kesejahteraan peserta pelatihan?
  • Apakah peserta pelatihan memiliki akses ke air minum yang aman dan suplai air yang mencukupi untuk menjaga gaya hidup sehat dan mengikuti aturan kesehatan. Seberapa sehat dan sesuai aturan fasilitas toilet di institut?
  • Apakah sehat dan higienis kamar kecil di institut?
  • Seberapa efektif dan relevan modul pendidikan guru yang ditawarkan pada berbagai level program pelatihan?
  • Bagaimana institut menjaga keseimbangan antara teori dan praktek baik dalam tingkat institut maupun dalam realitas sekolah?
  • Apakah ada isu gender di institut?Bagaimana institut mengatasi jika ada masalah dan isu semacam itu? Bagaimana hak-hak yang terkait gender dilindungi?Bagimana keseimbangan gender di antara peserta pelatihan? Apakah berbeda bagi Sarjana Muda Pendidikan (B.Ed. Bachelor of Education) pendidikan dasar dan menengah? Jika ya, mengapa? Apakah tersedia layanan pendukung (bimbingan konseling) bagi peserta pelatihan di institut? Jika ya, seberapa efektif layanan tersebut?
  • Bagaimana institut berkontribusi dalam pengembangan komunitas? Apakah ada kerjasama pendukung yang saling menguntungkan antara institut dengan komunitas?
Merujuk pada isu-isu ini dan isu lainnya di tingkat institut serta di pengembangan dan penguatan lebih jauh praktek-praktek yang ada, pada akhirnya akan berkontribusi pada lebih baiknya institut pendidikan guru, yang dapat berperan sebagai contoh pengembangan SRA.
Mahasiswa kependidikan yang telah dilatih dan dipersiapkan di institut ramah bagi peserta pelatihan kemungkinan akan menginternalisasi konsep SRA dengan lebih mudah dan akan mengimplementasikan pendekatan tersebut di sekolah-sekolah di seluruh Bhutan yang mereka tempati setelah lulus.
Kesimpulan
Strategi yang diadopsi pemerintah Kerajaan Bhutan dan Kementerian Pendidikan dengan memasukkan konsep SRA dan LIRP ke pelatihan guru pra dan dalam masa tugas sangatlah bagus. Pembangunan lebih jauh pada kapasitas SRA secara resmi dilaksanakan sebagai bagian pelatihan guru dalam masa tugas, sementara itu, kurikulum pendidikan guru pra tugas sedang ditinjau ulang dan diperbaiki menuju pendekatan pengembangan sekolah yang lebih ramah anak.
Dengan dukungan dari pemerintah Kerajaan Bhutan dengan visi membuat pendidikan lebih bermanfaat dan holistik, mengubah sekolah menjadi tempat dimana anak-anak merasa diterima dan dipercaya apapun latar belakang ekonomi, kemampuan, bahasa, etnis, atau perbedaan-perbedaan lain, dan akhirnya sebuah tempat dimana anak-anak dapat menemukan kesempatan mengembangkan diri semaksimal mereka, tidaklah jauh.
Rinchen Dorji, Dosen Institut Nasional Pendidikan Guru di Paro, Bhutan. Email: dorjirinchen04@yahoo.com, alamat: National Institute of Education, P.O. Box Paro, Bhutan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: